Bertualang Menjajal Xpander Cross di Bali


Sehari sebelum keberangkatan, Mbak Ade dari Mitsubishi mengabarkan bahwa penerbangan dimajukan dari yang 08.05 jadi 07.05. Itu artinya saya harus bangun jam 3 pagi dan berangkat paling lambat jam 4.30 supaya gak telat ke bandara. Untungnya saat itu saya bisa langsung bangun tanpa harus tidur lagi.

Suasana pagi di Bandara Soekarno-Hatta tampak sepi sekali, ini dikarenakan adanya ancaman virus corona yang sedang mewabah. Mulai dari petugas, dan para calon penumpang pun sebagian besar mengenakan masker untuk mencegah tertularnya virus, bahkan tak jarang ada yang mengenakan sarung tangan latex juga.

Memang perlu pertimbangan yang matang untuk bertualang di Bali, terlebih lagi saya di sini turut serta membawa istri dan anak yang masih 8 bulan. Tentunya ada ketakutan pada kami, namun ada beberapa alasan untuk mengantisipasi hal tersebut.

Sesampainya di Bali, kami disambut tim Mitsubishi. Empat mobil Xpander Cross disiapkan untuk menjadi tunggangan kami dan lainnya selama di Bali. Saat memasuki mobilnya saya merasa nyaman sekali, tempat duduk yang lega dan bagasi yang lebar sangat cocok sebagai mobil keluarga.

Setelah makan siang di Bebek Tepi Sawah, perjalanan dilanjutkan menuju sungai Ayung untuk rafting. Ini adalah kali kedua saya menginjakkan kaki di Bali, pada saat yang pertama, saya gak bisa ke mana-mana karena urusan pekerjaan, namun kali ini saya bakal ke mana-mana karena benar-benar liburan bersama keluarga.

Rating di Sungai Ayung

Jujur, saya sempat ragu untuk rafting, mengingat saat ini adalah musim hujan dan saya masih ada ketakutan kalau tiba-tiba debit airnya meningkat seperti kejadian yang menimpa anak Pramuka di Jogja.

Setelah melewati pematang sawah dan anak tangga nan terjal yang bikin betis lemes duluan, akhirnya sampai juga di tepi sungai. Dari pinggirnya saya memperhatikan ada indikator warna yang menyatakan ketinggian permukaan air. Di situ menunjukkan warna hijau yang artinya sungainya aman untuk diarungi. Begitu pula saat mulai mendayung, beberapa kali dayungnya menyentuh dasar sungai karena sebagian besar sungainya memang dangkal.
 
Setelah sekitar 2 jam lamanya, akhirnya sampai finish juga, namun perjuangan belum berakhir, karena kita masih nanjak untuk bisa sampai mobil jemputan. Justru di sinilah kekuatan kami diuji, betis dan paha semakin terasa lemas karena dari awal kurang pemanasan.

Sebenarnya jadwal selanjutnya adalah ke Bali Pulina, namun udah terlalu sore, akhirnya kami istirahat menuju penginapan yaitu di Sandat Glamping di daerah Ubud. Untuk menuju lokasi tersebut memang agak sulit, karena melewati jalan yang sempit diantara sawah-sawah, namun sesampainya di lokasi bikin kita tercengang.


Bangunan penginapan yang berupa tenda berbentuk lingkaran nan eksotis jadi tempat kita tidur selama di Bali. Lantainya yang berupa kayu dan di terasnya terdapat private pool langsung membuat kami terkesan, terasa seperti di Afrika karena dikelilingi hutan.

Ini sih bener-bener glamping alias glamour camping, bener-bener mewah. Saya yang biasa tidur di tenda dome saat camping jadi menganga-nganga. Karena ini bukan five star hotel lagi, tapi five billion star hotel.

Suasana di restonya pun sangat romantis karena diiringi suara serangga di hutan dan aroma obat nyamuk bakar seperti di pos ronda. Malam itu saya dan Denny Sumargo bercerita banyak mulai dari gosip yang menerpa hingga filosofi hidupnya. Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 22.00 WITA, saya terpaksa menyudahi obrolan karena besoknya harus bangun dini hari. Akhirnya Denny dan yang lainnya pun ikut bubar karena sadar masih ada pendakian ke Gunung Batur.

Hari ke-2

Tepat pukul 02.00 WITA saya terbangun dan bergegas untuk kumpul menuju basecamp pendakian. Di sini saya berpisah dengan Jet dan Saga karena harus mendaki dan memang sangat beresiko jika membawa bayi.

Saat matahari terbit sebagian besar rombongan yang ikut menyudahi langkahnya di pos 2, namun saya masih ingin terus melanjutkan sampai ke puncak.


Naik gunung itu capek banget. Salah satu hal yang sering saya bayangkan setelah mendaki gunung adalah berendam di air panas. Wwwuahh…itu bikin badan jadi rileks lagi karena melancarkan peredaran darah.

Untungnya, wilayah Gunung Batur ini memiliki sumber air panas alami. Tak jauh dari basecamp pendakian, kita berenang di kolam air panas Toya Devassya. Ternyata tempat ini sangat terkenal dan bisa dibilang sangat mewah. Satu hal lagi yang bagus dari tempat ini adalah pemandangannya langsung ke Danau Batur seperti infinity pool.


Setelah berenang, perjalanan dilanjutkan kembali. Kali ini kami menjajal jalur Black Lava menggunakan Xpander Cross. Black Lava sendiri merupakan bekas lelehan lava Gunung Batur yang membatu dan berwarna hitam. Konturnya yang tak beraturan membuat tempat ini sangat indah, cocok banget dijadiin lokasi syuting film atau video klip.


Sesuai aplikasi ya mas...

Untuk menuju lokasi ini melewati jalur tanah yang cukup sempit dan tak beraturan. Beberapa kali kita dihadapkan dengan jurang yang bisa membuat mobil terperosok. Memang, dibutuhkan mobil dengan spesifikasi yang memadai untuk melibas rintangan ini. Buktinya Mitsubishi Xpander Cross bisa menjawabnya. Kali ini saya disetiri langsung oleh Densu. Tanjakan demi tanjakan berbatu cadas dengan mudah dilewatinya tanpa mentok bagian bawahnya. Wajar aja sih, soalnya Xpander Cross ini memiliki ground clearance 225 mm, jadi sangat cocok untuk medan seperti ini.


Guncangan di bagian dalam pun bisa diredam dengan baik dan aman. Bahkan Saga yang masih berusia 8 bulan pun seneng banget dan gak nangis melewati jalur yang cukup ekstrim ini. Mungkin bagi dia kayak lagi naik wahana di Dufan deh jadi gak begitu kerasa.


***

Naik gunung udah, berendam air panas udah, kurang lengkap deh kalo tanpa dipijat. Di penginapan yang kami tempati ada fasilitas massage, di situlah badan yang pegel diservis dulu biar enakeun gak pegel-pegel lagi.

Malam harinya, kita makan di Laka Leke restoran. Di malam terakhir ini kita disuguhkan dengan Tarian Barong yang mengisahkan tentang 2 pihak yang saling adu kekuatan karena adanya godaan wanita. Salah satu yang unik dari resto ini adalah menu hariannya. Kebetulan saat itu hari Rabu, menu spesialnya adalah paketan dengan berbagai lauk. Namun setelah datang, ternyata nasi tumpeng dengan 9 macam lauknya. Duhh, ini sih porsi buat syukuran sekeluarga. Buanyaakk banget sampai pada gak habis dan langsung dibungkus.




Secara keseluruhan, semua makanan yang disajikan selama petualangan di Bali ini enak-enak, pelayanannya pun sangat bagus. Kayaknya gak cukup deh cuma 3 hari bertualang. Rasanya pengen cobain juga road trip ke Sumba atau Indonesia Timur lainnya. Soalnya saya udah merasakan sendiri bagaimana kenyamanan dan ketangguhannya Mitsubishi Xpander Cross. Memang cocok banget mobil ini dijadikan mobil favorit keluarga para petualang. Gak ragu banget Xpander Cross jadi yang terbaik di kelasnya.



Sampai jumpa di petualangan berikutnya bersama Xpander :D

Ayo Gass terusss...!!!



#XpandYourAdventure

No comments:

Post a Comment