Sejak ditutupnya Pantai Kelapa 7 di Suralaya dua tahunan ini, nyaris tak ada lagi tempat wisata alam sebagai penggantinya. Dari jaman dahulu, warga Cilegon yang menengah ke bawah menjadikan pantai tersebut sebagai tujuan utama berwisata saat hari libur. Namun kini pantai tersebut tinggal kenangan karena telah digunakan untuk perluasan pembangunan PLTU.

Beberapa lama semenjak pantainya ditutup, tersiar kabar di grup bahwa ada bukit indah yang lokasinya tak jauh dari pantai tersebut. Langsung saja saya mengecek ke lokasinya bersama Lia dan Epil.

Perjalanan dari rumah kami di Kota Cilegon menuju Suralaya ditempuh sekitar 45 menit dengan jarak 21 km. Tak sulit mencari lokasinya, yang penting patokannya adalah cerobong asap PLTU Suralaya. Kalo udah sampai depan gerbang Indonesia Power berarti udah kebablasan sekitar 300 meter. Akses masuk bukit ini ditandai adanya gapura dan arah menuju SMAN 4 Cilegon.

Gapura pintu masuk kawasan

Ambil yang ke kanan arah menanjak.

Setidaknya ada dua jalur yang bisa kita lalui, yang pertama lewat belakang sekolah. Melalui jalur ini, untuk sampai ke puncaknya jadi lebih jauh soalnya bener-bener dari naik dari bawah. Maka dari itu saya pilih alternatif jalan lain yaitu lurus terus mengikuti jalan desa. Memang, di sini belum ada papan petunjuknya, tapi kalo ragu sebaiknya tanya warga sekitar. Pokoknya setelah melewati SD Negeri, sebelum jembatan kecil, ambillah jalan ke kanan, lalu ada percabangan lagi ambil kanan terus ke jalur yang menanjak. Untuk aksesnya meskipun sudah diaspal, sebaiknya menggunakan sepeda motor, karena jalur yang sempit juga tidak terdapat parkir untuk mobil.

“Neng kene bae Nong parkire” (Di sini aja mbak parkirnya) ujar seorang ibu penjaga warung menggunakan bahasa Jaseng.

Di warung inilah kita memarkirkan kendaraan dan beristirahat sejenak.



Siang itu sangat terik sekali, kami memang kesiangan untuk sampai di sini. Bahkan bayangan kita pun bener-bener pas di bawah kaki, yang menandakan posisi matahari tepat di atas kepala. Untungnya hal itu bisa termaafkan karena langit di sekeliling masih berwarna biru bersih, padahal Cilegon kan kota industri, banyak polusi di sini.


Meskipun sudah banyak dikenal, tempat ini belumlah ramai, hari itu hanya kita bertiga saja yang datang. Setelah rebahan sejenak di warung, kami pun mulai mendaki. Perjalanan yang ditempuh hingga ke puncak hanya 10-15 menit saja, gak diperlukan keahlian atau perlengkapan khusus, yang penting hati-hati aja.


Sepanjang perjalanan kita akan melihat perkampungan yang berada di lereng sebelah timur dan juga cerobong asap PLTU yang mulai menyembul dengan jelas di sebelah utara.

Dari puncaknya kita bisa melihat indahnya pemandangan perbukitan hijau di sekelilingnya. Namun sayang sekali, ada pantai yang telah tergusur pembangunan, serta bukit yang terus dikeruk hingga menyisakan setengah tubuhnya. Melihat menjulangnya cerobong asap PLTU Suralaya saya jadi teringat waktu sekitar tahun 2002 terjadi padamnya listrik se-Jawa Bali karena ada gangguan. Jadi, lokasi tersebut sangat vital karena menyangkut hajat hidup jutaan orang.


Soal penamaan

Rerumputan berwarna hijau cerah menyelimuti seluruh bukit ini, bahkan ada juga yang menjulukinya Sumba van Banten. Tapi kebanyakan orang lebih menamakannya sebagai Bukit Teletubbies. Padahal sebenarnya berdasar info yang saya dapatkan, nama aslinya adalah Bukit Kembang Kuning yang diambil dari nama perkampungan di bawahnya. Menurut saya, gak perlu memakai istilah Bukit Teletubbies, karena udah terlalu banyak di Indonesia, jadi gak spesial lagi. Untuk brandingnya lebih asik lagi jika menggunakan nama “Bukit Belakang Sekolah”, hal itu didasari karena lokasi bukit ini memang berada di belakang sekolah.


Setidaknya ada tiga sekolah yang letaknya sejajar dan membelakangi bukit ini, yaitu SMAN 4 Cilegon, SMPN 10 Cilegon, dan SD Negeri Pringori.

Bagi yang sejak kecil menonton film Doraemon pasti gak asing dengan bukit belakang sekolahnya Nobita yang sering digunakan untuk bertualang maupun melarikan diri dari gangguan Giant. Lokasi tersebut pasti akan terngiang-ngiang dan membentuk imajinasi dan tertanam hingga dewasa. Saya pun demikian, sejak kecil, ingin sekali merasakan mendaki bukit seperti yang di belakang sekolah Nobita. Untungnya, hal itu bisa cukup terealisasikan dengan adanya Bukit Kembang Kuning ini di Cilegon.

Menurut saya, secara kontur sih terbilang mirip, meskipun tidak selebat di filmnya karena berupa rerumputan luas. Tapi lokasi ini udah cukup mewujudkan imajinasi saya tentang bukit belakang sekolah di film Doraemon. Bahkan saya kepikiran untuk membuat instalasi pintu ke mana saja di puncaknya.

Eitss....sepertinya itu gak perlu, karena bakal merusak suasana karena adanya selfie spot. Iya aja kalo bagus dan sesuai, kalo jelek kan bakal merusak estetika. Cukup yang alami seperti ini aja tanpa tambahan apapun dan harus terhindar dari warung-warung serta sampah pengunjung yang mengotori tempat ini.


Aksesnya :

Jika dari bawa mobil dari Jakarta, keluarlah lewat Tol Merak, lalu arahkan ke Suralaya, tepatnya SMAN 4.


Sedangkan jika naik kendaraan umum, dari Jakarta, Serang, atau Cilegon biasanya berhenti di terminal Merak, dari situ lanjut naik angkot jurusan Suralaya. Patokannya sebelum PLTU, di sebelah kanannya terdapat gapura desa, lalu masuk ke situ naik ojeg.

Belum ada tiket masuk di bukit ini, hanya bayar parkir saja sebesar Rp 5.000.