Berita tentang tenggelamnya KM Sinar Bangun di Danau Toba beberapa pekan lalu membuat hati saya sedih. Bagaimana tidak, saya sendiri pernah menelusuri dan berenang seru di danaunya. Ternyata di balik keindahan Danau Toba yang tenang itu, menyimpan banyak misteri yang banyak tidak diketahui orang-orang pada umumnya termasuk saya. Bahkan saya sendiri sempat meragukan karena danau ini terlihat "aman” dan normal seperti danau-danau pada umumnya.
 


Tak pernah terpikirkan sebelumnya untuk berenang di danau terluas se-Asia Tenggara ini. Namun, saat itu saya hanya ingin menjawab dan membuktikan tantangan yang diberikan oleh pihak sponsor yang membiayai saya selama di sini. 


Kapal kecil dengan kapasitas sekitar 35 orang itu telah siap mengangkut kami dari Parapat menuju ke Air Terjun Binangalom. Anak-anak di sekitar juga turut “menyambut” dengan meminta beberapa dari kami untuk melemparkan uangnya ke danau supaya mereka ambil. Hal tersebut mengingatkan saya pada aksi bocah-bocah di Pelabuhan Merak yang rela lompat dari kapal Ferry ke laut sambil meminta uang kepada para penumpangnya. Sangat berbahaya memang. Untungnya kapal di Danau Toba tidak sebesar di Merak dan jarak lompatannya pun tidak jauh dari daratan.


Secara perlahan kapal yang bernama Toba Cruise 2 meninggalkan dataran membawa kami semua mengarungi indahnya danau Toba menuju air terjun Binangalom. Ternyata tidak jauh dari tempat kami menaiki kapal, terdapat rumah tempat pengasingan Bung Karno. Tapi sayang, kita tidak sempat mampir ke sana, karena bukan tujuan utama perjalanan ini.

Untuk mencapai ke air terjun membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Luasnya Danau Toba membuat kita terasa seperti berada di lautan, apalagi gugusan dinding kaldera yang hijau dan diselingi pepohonan sangat memanjakan mata kita untuk menikmatinya. Unik sekali, bentang alamnya mirip seperti di Pulau Padar NTT yang saat ini hanya bisa saya lihat dari foto saja.

Ombus-ombus.
Sementara perjalanan masih lumayan, jadi saya putuskan untuk duduk di bagian depan kapal sambil menikmati ombus-ombus, panganan tradisional Batak yang berasal dari Siborongborong. Ombus-ombus ini terbuat dari tepung beras yang di dalamnya terdapat gula merah, mirip sekali dengan kue putu, namun cara membuatnya bukan disodok pake anu…..alat sodokan maksudnya, tapi dikepal lalu dibungkus dengan daun pisang.
 
Bagian dalam kapal.
Meskipun kecil, kapal ini ada toiletnya, dan terdapat ruang karaoke yang menyatu dengan ruang kemudi. Pada bagian atasnya terdapat beberapa kursi, jadi bisa digunakan untuk bersantai sambil melihat pemandangan 360 derajat dari kapal, namun bagi yang mudah masuk angin tidak disarankan berada di sini. Sebagai angkutan resmi, kapal ini terpampang jelas surat ijin operasional beserta nama dan foto pengemudinya yang menempel pada pintu, selain itu juga terdapat peta Danau Toba dan beberapa spot tujuan yang dilukis secara manual pada dinding kapal sebagai informasi tambahan untuk para penumpang. Ada satu hal yang membuat saya tercengang, di lukisan itu terdapat keterangan bahwa kedalamannya mencapai 700 meter. Sulit dipercaya memang.

Lantunan lagu-lagu khas Batak yang dinyalakan di ruang kemudi membuat perjalanan ini tambah seru, karena ini dapat menambah rasa yakin saya kalau sedang berada di Sumatera Utara.
 


Tak terasa lama, akhirnya sampai juga di air terjun Binangalom, tapi ada juga yang menyebutnya air terjun Situmurun.  Air terjun yang langsung jatuh ke Danau Toba ini memiliki tinggi sekitar 70 meter. Nama Binangalom sendiri berasal dari bahasa Batak yaitu “Binanga” yang artinya sungai atau aliran air, dan “Lom” yang artinya penyejuk hati, jadi bisa disimpulkan air terjun Binangalom ini adalah air terjun penyejuk hati, jadi cocok nih buat yang lagi gundah gulana dan galau merana.

Menurut penuturan awak kapal, bagi yang mandi langsung di bawah air terjun akan awet muda dan enteng jodoh nih, jadi layak dicoba, maka dari situ saya semakin tertantang untung berenang di sana. Sebelum nyemplung, saya pemanasan terlebih dahulu, dan tidak lupa menggunakan life jacket untuk keselamatan, karena kedalamannya mencapai 700 meter. Awalnya saya tidak percaya, tapi 1 tahun kemudian saat tenggelamnya kapal KM Sinar Bangun di Danau Toba, barulah saya percaya. Selain itu juga, ternyata di dasarnya masih terdapat aktivitas vulkanik, karena Danau Toba pada awalnya merupakan gunung yang pernah meletus dahsyat sepanjang sejarah.


Waktunya menjawab tantangan.
Dari 4 orang yang ditantang, hanya 2 orang saja yang berani nyemplung, yaitu saya dan Vivi yang mewakili masing-masing kelompok. Saya siap, berani menerima tantangan selama ada perlengkapan keselamatannya, karena ini adalah hal yang paling utama untuk meminimalkan resiko kecelakaan.


“Byurr…”


Terjun sudah kami berdua melalui samping kapal. Ternyata airnya sangat dingin sekali. Dengan susah payah saya berenang melawan arus menuju bawah air terjun. Tidak mudah memang, karena harus terus bergerak untuk mengatasi dingin, dan sempat juga kaki saya kram karena kedinginan. Vivi yang sudah berusaha berenang tetap tak mampu mendekat ke air terjun, bahkan dia harus terbawa arus hingga tersangkut di bawah kapal, untungnya ada kru kapal yang siap menahannya agar tidak jauh lagi, dan dari situlah dia memutuskan untuk menyerah.

Saya yang masih bertahan terus mencoba tetap berenang sambil mencari cara untuk bisa mencapat air terjunnya. Ternyata saya harus melipir untuk menghindari arus dari kucuran air terjun di atas. Beberapa kali saya tertelan air danau karena arus yang sangat kuat, untungnya berupa air tawar, sehingga tidak pedih di mata. Saya berharap semoga gak ada yang boker dari atas air terjun. Setelah bersusah payah, akhirnya saya berhasil mencapai tepi di bawah air terjun. Wuaahh….sensasi yang luar biasa bisa berenang di Danau Toba dan mandi di bawah kucuran air terjun Binangalom yang indah ini. Tapi tetap harus waspada, karena batuannya sangat licin. Setelah berenang di sini, saya tidak merasa lebih muda, malah jadi semakin keriput, soalnya terlalu lama berendam di air dingin sihh, lebih kecewanya lagi, gak ada yang motret saya saat berada di dekat air terjun :(