Berburu Sunrise Pertama 2018 Dari Puncak Rinjani
Gunung Rinjani di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat memang tak pernah berhenti memancarkan pesona keindahannya, tak hanya di Asia tapi juga ke seluruh penjuru dunia. Pada penghujung tahun 2017 silam, saya akhirnya bisa mewujudkan untuk menapaki puncaknya. Rinjani adalah salah satu gunung yang saya idamkan untuk didaki semenjak SMA tahun 2003. Ini berkat dukungan dari Compass Petualang bisa terwujud.
Mungkin saya bisa dibilang beruntung karena merasakan ke Rinjani sebelum gempa Lombok yang menghancurkan dan mengubah sebagian besar jalurnya.
Pagi itu para porter atau pengangkut barang sudah siap dengan barang tamunya masing-masing. Untuk mendaki Rinjani memang tidak mewajibkan menggunakan porter, tapi sangat dianjurkan, karena untuk meringankan beban barang bawaan pribadi, juga sebagai penunjuk jalan. Jadi selama perjalanan, porter akan mendampingi dan memantau para tamunya serta memasak perbekalan saat tiba di tempat camp.
Berbeda dengan jalur Senaru yang memiliki medan hutan yang lebat, di jalur Sembalun, sejauh mata memandang kita akan disuguhi sabana yang sangat luas sekali seperti di New Zealand. Hadirnya sapi-sapi khas Bali yang berkeliaran mencari rumput juga menambah keunikan sendiri bila melewati jalur ini.
Sabana Sembalun |
Pos 1 Sembalun |
Pos 2 Sembalun |
Selepas Pos 3, kita akan menghadapi 7 Bukit Penyesalan yang sangat panjang dan diakhiri di Plawangan Sembalun yang berupa punggungan panjang tempat camp terakhir sebelum puncak. Dari sini kita bisa melihat indahnya Danau Segara Anak dan juga jalur menuju puncak yang sangat terjal.
Pos 3 Sembalun |
Bukit Penyesalan |
Mendaki di musim hujan memang penuh resiko. Pakaian yang basah terkena air hujan bisa menyebabkan suhu tubuh turun secara drastis. Maka dari itu, jika sudah sampai campsite harus segera mengganti pakaian dengan yang kering dan tetap mengenakan jaket untuk melindungi dari terpaan angin.
Malam itu adalah malam pergantian tahun ke 2018. Tidak ada keriuhan seperti di kota. Semua pendaki yang datang sangat menghargai ketenangan, karena itulah yang dicari saat mendaki gunung, sehingga tidak mengganggu satwa di sekitar.
Saat Summit Attack, semua barang bawaan ditinggal di Plawangan Sembalun agar lebih ringan saat mendaki. Untungnya saat itu kami membawa porter, jadi merekalah yang menjaga barang-barang yang berada di tenda. Perlengkapan yang dibawa saat ke puncak hanya tas kecil yang berisi air minum, makanan ringan, jas hujan, obat-obatan, senter, dan kamera.
Plawangan Sembalun |
Perjalanan dari Plawangan Sembalun ke puncak Rinjani membutuhkan waktu sekitar 4-5 jam. Saat berada di punggungan yang menanjak, angin berhembus dengan kencang dari sebelah kiri, maka dari itu kita harus agak menunduk dan condong ke depan agar tidak terbawa dan terhempas ke jurang yang menganga di kedua sisi.
Penggunaan trekking pole sangat berperan sekali di medan yang berbatu kerikil ini agar bisa menopang tubuh. Malam itu kabut tebal datang silih berganti yang menyebabkan pandangan sangat terbatas. Ketika berada di ketinggian dengan oksigen yang tipis, saya harus tetap tenang dan menjaga jarak dengan rekan lainnya agar tidak jauh.
Sempat juga isi perut ini bergejolak. Tapi untungnya angin di dalam perut bisa keluar dengan tenang melalui mulut. Menurut saya, hal itu adalah salah satu kenikmatan saat mendaki gunung, karena itu artinya kita sehat bisa melepaskan beban dalam tubuh.
Kaki yang sudah lelah ini mencoba terus melangkah, tak lama kemudian sang fajar pun menampakkan sinarnya di balik awan. Ini adalah cahaya matahari pertama yang saya lihat di tahun 2018. Kehangatannya membuat saya terharu, semakin banyak bersyukur bisa mencapai puncak Rinjani dan berharap bisa menapakinya kembali.
Danau Segara Anak |
Gunung Rinjani di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat memang tak pernah berhenti memancarkan pesona keindahannya, tak hanya di Asia tapi juga ke seluruh penjuru dunia. Pada penghujung tahun 2017 silam, saya akhirnya bisa mewujudkan untuk menapaki puncaknya. Rinjani adalah salah satu gunung yang saya idamkan untuk didaki semenjak SMA tahun 2003. Ini berkat dukungan dari Compass Petualang bisa terwujud.
Mungkin saya bisa dibilang beruntung karena merasakan ke Rinjani sebelum gempa Lombok yang menghancurkan dan mengubah sebagian besar jalurnya.
Pagi itu para porter atau pengangkut barang sudah siap dengan barang tamunya masing-masing. Untuk mendaki Rinjani memang tidak mewajibkan menggunakan porter, tapi sangat dianjurkan, karena untuk meringankan beban barang bawaan pribadi, juga sebagai penunjuk jalan. Jadi selama perjalanan, porter akan mendampingi dan memantau para tamunya serta memasak perbekalan saat tiba di tempat camp.
Berbeda dengan jalur Senaru yang memiliki medan hutan yang lebat, di jalur Sembalun, sejauh mata memandang kita akan disuguhi sabana yang sangat luas sekali seperti di New Zealand. Hadirnya sapi-sapi khas Bali yang berkeliaran mencari rumput juga menambah keunikan sendiri bila melewati jalur ini.
Sabana Sembalun |
Pos 1 Sembalun |
Pos 2 Sembalun |
Selepas Pos 3, kita akan menghadapi 7 Bukit Penyesalan yang sangat panjang dan diakhiri di Plawangan Sembalun yang berupa punggungan panjang tempat camp terakhir sebelum puncak. Dari sini kita bisa melihat indahnya Danau Segara Anak dan juga jalur menuju puncak yang sangat terjal.
Pos 3 Sembalun |
Bukit Penyesalan |
Mendaki di musim hujan memang penuh resiko. Pakaian yang basah terkena air hujan bisa menyebabkan suhu tubuh turun secara drastis. Maka dari itu, jika sudah sampai campsite harus segera mengganti pakaian dengan yang kering dan tetap mengenakan jaket untuk melindungi dari terpaan angin.
Malam itu adalah malam pergantian tahun ke 2018. Tidak ada keriuhan seperti di kota. Semua pendaki yang datang sangat menghargai ketenangan, karena itulah yang dicari saat mendaki gunung, sehingga tidak mengganggu satwa di sekitar.
Saat Summit Attack, semua barang bawaan ditinggal di Plawangan Sembalun agar lebih ringan saat mendaki. Untungnya saat itu kami membawa porter, jadi merekalah yang menjaga barang-barang yang berada di tenda. Perlengkapan yang dibawa saat ke puncak hanya tas kecil yang berisi air minum, makanan ringan, jas hujan, obat-obatan, senter, dan kamera.
Plawangan Sembalun |
Perjalanan dari Plawangan Sembalun ke puncak Rinjani membutuhkan waktu sekitar 4-5 jam. Saat berada di punggungan yang menanjak, angin berhembus dengan kencang dari sebelah kiri, maka dari itu kita harus agak menunduk dan condong ke depan agar tidak terbawa dan terhempas ke jurang yang menganga di kedua sisi.
Penggunaan trekking pole sangat berperan sekali di medan yang berbatu kerikil ini agar bisa menopang tubuh. Malam itu kabut tebal datang silih berganti yang menyebabkan pandangan sangat terbatas. Ketika berada di ketinggian dengan oksigen yang tipis, saya harus tetap tenang dan menjaga jarak dengan rekan lainnya agar tidak jauh.
Sempat juga isi perut ini bergejolak. Tapi untungnya angin di dalam perut bisa keluar dengan tenang melalui mulut. Menurut saya, hal itu adalah salah satu kenikmatan saat mendaki gunung, karena itu artinya kita sehat bisa melepaskan beban dalam tubuh.
Kaki yang sudah lelah ini mencoba terus melangkah, tak lama kemudian sang fajar pun menampakkan sinarnya di balik awan. Ini adalah cahaya matahari pertama yang saya lihat di tahun 2018. Kehangatannya membuat saya terharu, semakin banyak bersyukur bisa mencapai puncak Rinjani dan berharap bisa menapakinya kembali.
Danau Segara Anak |