Danau Toba di Sumatera Utara tak hanya menyajikan keindahan alam dan budayanya saja, tapi juga ada wisata religi yang layak kita ketahui, salah satunya adalah Bukit Doa. Untuk menuju Danau Toba, jika berangkat dari Jakarta, terbanglah langsung ke Bandara Silangit di Siborong-borong, karena dari situ hanya membutuhkan waktu 30 menit ke Bukit Huta Ginjang, sedangkan jika melalui Medan, masih membutuhkan waktu sekitar 6 jam perjalanan darat.

Banyak sekali yang meyakini bahwa tempat terbaik untuk menikmati pemandangan Danau Toba adalah melalui Bukit Huta Ginjang. Selain memiliki landasan untuk olahraga Gantole, bukit yang berada di Kabupaten Tapanuli Utara ini memiliki tempat yang unik dan ikonik, yaitu Bukit Doa Taber (Tapanuli Bersinar). Dahulu tahun 2017 saat saya ke sana belum ada angkutan umum, namun kini dari bandara Silangit, kita bisa menaiki bis Damri untuk menyusuri Danau Toba. Selama perjalanan, kita akan melalui jalur yang berliku dan kadang menanjak mengikuti kontur bukit. Wajar saja, Danau Toba merupakan danau vulkanik terbesar di dunia yang berasal dari letusan gunung api purba.
 

Tapanuli Utara memang dikenal sebagi pusat pekabaran Injil pertama di Tanah Batak, maka dari itu banyak sekali umat Kristiani dari berbagai wilayah untuk wisata religi (pilgrim) di sini. Saat pertama mendaratkan kaki ke sana, mata saya tertuju pada sebuah patung yang berbentuk tangan sedang mengatup dengan posisi ke atas dan menghadap ke arah danau. Patung itu merupakan simbol permohonan kepada Tuhan.

Beralih dari patung tersebut, saya menuju ke sebuah pelataran dengan lantai merah keabu-abuan dan dibatasi pagar besi berwarna hitam. Ternyata yang saya injak adalah kamar doa. Jadi, di lereng bukit ini dibuatkan bilik-bilik kamar yang berjumlah 26 untuk digunakan berdoa dan berkontemplasi. Wisata Bukit Doa ini dirintis sejak tahun 1996 oleh Pdt. Abraham Hutabarat, namun sempat terhenti karena masalah pendanaan. Namun, pada akhirnya pembangunan tahap pertama bisa selesai tahun 2012 dan tetap dilanjutkan hingga sekarang.

Menurut pemandu wisata yang mendampingi saya, tujuan dibangun Rumah Doa ini untuk memberkati daerah Tapanuli. Jadi wisatawan yang datang untuk berdoa di kamar tersebut akan lebih khusyuk dalam berdoa karena ketenangan dan kesejukan suasananya sambil menikmati pemandangan Danau Toba. Oh iya, selain itu juga, konon jika berdoa di sini doanya akan cepat dikabulkan.

Ada satu hal yang unik, yaitu di dalam kamarnya terdapat gambar ilustrasi orang yang sedang dipasung. Hal itu mengingatkan saya akan buku cerita "Siksa Neraka" yang tergolong sadis buat dikonsumsi anak-anak pada jaman itu.

Bagi wisatawan yang beragama lain juga boleh mengunjungi tempat ini kok. Di sini kita bisa menikmati hamparan lembah Danau Toba dan sejuknya udara di ketinggian 1550 mdpl. Tak hanya itu, kita juga bisa menuruni tangga hingga bawah, lalu duduk-duduk di bangku yang beralaskan rumput. Susunan tangga berbentuk zig-zag dan warna dinding bangunan yang berwarna merah sangat instagramable bila berfoto dari atas maupun bawah.

Sebenarnya, wisata Danau Toba tidaklah kalah indah dengan Labuan Bajo, namun sayangnya popularitasnya kalah karena jarang terekspos. Padahal banyak sekali Padahal banyak sekali yang bisa kita pelajari di sini seperti tentang kegunungapian, sosial, budayanya yang kental, selain itu juga banyak terdapat spot foto yang menarik dan belum mainstream di sini. Untuk fasilitas jalan pun sudah memadai, penginapan, dan rumah makan juga banyak kita temukan di sini. Maka dari itu pemerintah pusat akan menggenjot pariwisata di sini dan menjadikannya Destinasi Super Prioritas untuk menarik wisatawan dari berbagai daerah dan negara lain. Yahh, semoga hal itu bisa didukung dengan murahnya tiket penerbangan ke sana, sehingga banyak yang menawarkan paket wisata ke sana.