Beginilah Cara Mempercayai Fintech Yang Aman

Tak bisa dipungkiri, kemajuan teknologi semakin memudahkan hidup kita, seolah-olah dunia ini berada dalam genggaman. Bukan hanya untuk komunikasi, tapi juga bisa melakukan berbagai macam transaksi perbankan, bahkan untuk urusan membeli mobil pun bisa lewat ponsel. Dengan hadirnya teknologi itu menjadi semakin menjamurnya Fintech (Financial Technology) belakangan ini. Kita semua sudah tahu bahwa perusahaan-perusahaan Fintech tersebut banyak yang bermasalah karena menyebarkan data pribadi penggunanya untuk melakukan penagihan.

"Apa benar ini dengan no kontaknya bpk. Jarwo (nama panggilan saya) ? Dimohon jika ketemu dengan Ibu XXX harap segera menghubungi kami di nomor ini, karena yang bersangkutan belum melunasi hutangnya sebesar Rp 1.460.000 pada PT. XXX".

Kurang lebihnya mereka SMS seperti itu. Awalnya saya diam saja. Setelah dua kali dikirimkan, baru saya respon kalau saya tidak kenal dekat dengan orang itu.

Menurut pengalaman pribadi, setidaknya ada 10 kali perusahaan-perusahaan tersebut menghubungi saya untuk melakukan penagihan yang dilakukan atas nama 3 orang teman saya yang berbeda. Cara yang dilakukannya pun macam-macam, mulai dari kirim SMS, Whatsapp, Direct Message, dan juga wawancara melalui telepon. Bagi saya hal itu sangat mengganggu sekali, karena apa yang dilakukan itu tidak ada sangkutpautnya dengan saya, dan sama sekali tidak terlibat. Lucunya lagi, salah seorang teman saya yang bekerja di bank ternama pun menjadi korban dari Fintech ini.

Tapi gimana caranya mereka bisa dapet nomor kontak saya ?
Katanya sih di aplikasinya itu ada persetujuan yang membolehkan perusahaan mengakses kontak pribadi dan manajemen file di ponsel nasabah atau penggunanya. Kalo dari situ sih kan jadi serem, bagaikan menelanjangi diri sendiri lalu disebarkan ke mana-mana.

Menurut berita yang saya baca dari media, bahkan ada beberapa yang sampai bunuh diri karena tidak kuat dengan tekanan dan berbagai ancaman yang ditimbulkan dari perusahaan Fintech tersebut. Kejadian ini tidak boleh disepelekan lho karena menyangkut masalah mental seseorang. Dari kejadian itulah mulai timbul ketidakpercayaan masyarakat pada perusahaan Fintech, dan ini menjadi salah satu tantangan terbesar penyedia jasa keuangan di Indonesia, yaitu dengan mengembalikan kepercayaan terhadap masyarakat.

Caranya bagaimana ?
Caranya adalah dengan melindungi data para penggunanya. Menurut saya itu adalah hal yang cukup sulit, apalagi bagi yang pernah merasakan dikhianati, pasti akan berpikir berulang kali sebelum memutuskan. Membangun “trust” itu harus dari bawah. Bersikap jujur dan profesional kepada siapapun adalah kuncinya.

Saat ini kita harus pintar memilah mana Fintech yang resmi mana yang tidak, karena Fintech yang baik itu terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dengan terdaftarnya di OJK, maka akan ada fleksibilitas ruang inovasi tanpa mengorbankan prinsip-prinsip transparan, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, dan fairness. Salah satu Fintech terpercaya dan telah terdaftar di OJK adalah MAUCASH dari PT. Astra Welab Digital Artha yang merupakan bagian dari Astra Financial. Meski terbilang baru, Fintech ini dijamin aman dan terpercaya. Maucash sendiri menawarkan produk pinjaman yang dapat diakses dengan mudah melalui aplikasi smartphone kepada konsumen ritel. Selain itu mereka juga menyediakan solusi finansial berbasis teknologi kepada konsumen korporasi.


Cari Fintech yang aman


 
Rendahnya Inklusi Keuangan

Negara Indonesia ini merupakan kepulauan yang dipisahkan oleh lautan. Pusat perekonomian masih terfokus di Jawa, maka dari itu masih banyak wilayah lain yang kurang tersentuh dengan teknologi informasi tentang jasa keuangan ini. Padahal banyak sekali potensi-potensi pertumbuhan ekonomi dari daerah pelosok, namun terkendala dengan akses dan infrastrukturnya yang belum merata. Beberapa kepala keluarga atau pekerja di daerah pelosok bahkan sama sekali tidak memiliki rekening tabungan. Menurut Global Findex 2017, orang dewasa di Indonesia yang tidak memiliki rekening bank, relatif tidak memiliki ponsel juga dan akses internet. Dan itu cukup tinggi. Salah satu alasan yang terlihat adalah minimnya sarana seperti bank, ATM, telekomunikasi, dan transportasi. Hal inilah yang turut menghambat pertumbuhan inklusi keuangan di Indonesia dan menjadi PR dari berbagai pihak.


Sebenarnya banyak sekali manfaat dari inklusi keuangan yang bisa kita rasakan secara langsung. Peningkatan 1% saja maka pertumbuhan ekonomi bertambah 0,03%, dengan begitu nantinya akan tercipta lapangan pekerjaan serta otomatis menurunkan tingkat kemiskinan dan kesenjangan sosial. Bayangkan, banyak di daerah-daerah yang memiliki usaha kecil terkendala pendanaan untuk modal mengembangkan usahanya. Modal itu tidak hanya untuk bahan baku saja, tapi juga dari segi pemasarannya. Bisa juga digunakan untuk membeli alat transportasi untuk investasi jangka panjang agar bisa menekan biaya produksi.

Menurut OJK, unsur yang berperan dalam inklusi keuangan adalah akses, ketersediaan produk layanan jasa keuangan, penggunaan serta kualitas. Contoh perluasan akses antara lain :

1. Penambahan jaringan kantor
2. Penambahan jumlah agen
3. Penambahan jumlah ATM
4. Penambahan point of access melalui layanan digital
5. Persiapan infrastruktur berbentuk fasilitas nir kantor
6. Penambahan kerjasama dengan pihak lain
7. Pengembangan delivery channel layanan jasa keuangan.



Inovasi Teknologi Keuangan

Dengan adanya perkembangan teknologi harus dibarengi juga dengan inovasi terutama di bidang keuangan, dari yang konvensional mulai beralih ke digital. Salah satu perusahaan penyedia jasa keuangan, Astra Financial telah melakukannya. Digitalisasi digunakan untuk mempermudah nasabah mendapatkan berbagai informasi akurat dan juga bertransaksi yang aman. Menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia, pengguna internet di negara ini mencapai 51,8% yang didominasi usia produktif. Artinya, orang yang melek teknologi informasi harusnya melek juga dengan teknologi keuangan. Bagi yang belum mengetahui tinggal diarahkan pada platform yang tepat agar tidak salah pilih.

Jaman sekarang, untuk belanja makanan atau keperluan sehari-hari tinggal menggunakan uang digital. Bahkan saat ini kita bisa juga dengan mudah membeli atau kredit mobil menggunakan aplikasi ACCYes ! dari Astra Credit Companies yang merupakan lembaga jasa keuangan yang melayani pembiayaan mobil segala merk. Ini cocok sekali bagi pemilik usaha kecil yang membutuhkan kendaraan untuk operasional sehari-hari. Banyak sekali kemudahan yang diberikan untuk pengajuan kreditnya, apalagi bagi nasabah Bank Permata seperti saya ini. Tiap bulannya tidak perlu repot bayar karena bisa autodebet dan bisa dipantau menggunakan aplikasi PermataMobile X. Selain itu, bagi yang ingin memiliki motor merk Honda bisa mengajukan kreditnya ke FIFGroup yang cabangnya tersebar hingga ke Papua.
Beli mobil di GIIAS
Manfaatkan Bank Permata dengan segala kemudahannya.

Memiliki kendaraan bermotor kurang lengkap jika tidak mendapatkan perlindungan dari Asuransi Astra yaitu Garda Oto dan Garda Motor. Saat ini kita bisa semakin gampang untuk klaim, beli asuransi, dan juga terdapatnya layanan darurat di jalan raya yang siaga selama 24 jam. Tak hanya itu, Astra Financial juga memiliki asuransi kesehatan dan asuransi pendidikan dari Astra Life. Lagi-lagi dengan inovasi teknologinya, kita bisa mendapatkan informasi, mengurus, dan melakukan transaksinya melalui aplikasi di smartphone.


Corporate Social Responsibility

Sebagai perusahaan penyedia jasa keuangan, Astra Financial memiliki tanggungjawab lain di kehidupan sosial masyarakat, dan ini merupakan tantangan karena bagian dari meningkatkan perekonomian Indonesia. Kontribusi Astra Financial group pada negara ini tak perlu diragukan lagi. Saya yang sejak tahun 2008 tergabung dengan relawan Anak Gunung Lawu (AGL) di Karanganyar Jawa Tengah merasa sangat terbantu dengan CSR FIFGroup. Kami yang bergerak di bidang lingkungan dan kemanusiaan sering disupport mulai dari pengadaan tower untuk alat komunikasi, bantuan logistik dan transportasi saat erupsi Merapi 2010, mengangkut sampah di gunung, hingga reboisasi Gunung Lawu pasca kebakaran besar tahun 2015.
 

Mendukung kegiatan upacara bendera di Gn. Lawu


Tak hanya sampai di situ, Asuransi Astra tak mau ketinggalan juga dengan program #PijarIlmu nya yang mendukung pendidikan bagi anak-anak yatim piatu dan berkebutuhan khusus di Sumba, NTT. Peran serta Astra Financial yang lain dalam membantu peningkatan perekonomian pun diwujudkan dengan pemberian dana untuk UMKM “Hilmi Car/Motorcycle Wash Disability”. Di tempat usaha yang mempekerjakan orang berkebutuhan khusus ini diberi 100 juta rupiah untuk pengadaan peralatan pendukung seperti kompresor, vacum, dan perlengkapan pencucian untuk memperbaiki proses kerja agar lebih maksimal. Dengan adanya bantuan tersebut diharapkan bisa meningkatkan pendapatan UMKM agar bisa mandiri dan mengurangi angka pengangguran daerah sekitar.

Bantuan bagi pengungsi erupsi Merapi 2010
Reboisasi Gunung Lawu

Tantangan terbesar penyedia jasa keuangan di Indonesia selanjutnya adalah sosialisasi ke masyarakat dengan gencar. Melalui program CSR, selain untuk sosial, perusahaan bisa mengedukasi masyarakat untuk meningkatkan awareness tentang inklusi dan literasi keuangan serta memberikan pendampingan. Dari situ masyarakat akan bertambah pengetahuannya dan otomatis tingkat kepercayaan terhadap penyedia jasa keuangan akan meningkat kembali. Jadi akan terjadi simbiosis mutualisme, saling menguntungkan satu sama lainnya demi terciptanya kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Jadi, pakai Fintech resmi siapa takut ? :D

2 comments:

  1. Serem banget sih kalo fintech abal2. Selain bunganya tinggi, pas nagih kayaknya nggak manusiawi.
    Kalau ada fintech resmi kayak gini lebih aman ya mas. Apalagi Astra udah terkenal sebagai perusahaan besar dan reputasinya terjamin. Jadi nggak ragu mau nyobain 😀😀

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, makanya itu sebelum memutuskan milih yang mana, kita bisa cek dulu di OJK, sudah terdaftar apa belum.

      Delete