Impian ke Maldives yang Jadi Kenyataan
Berlibur ke Maldives adalah dambaan banyak traveler di dunia. Pantainya yang indah, pasir putih bersih, air jernih biru tosca, suasana yang tenang, dan penginapan di atas air merupakan salah satu tempat romantis di dunia, dan menjadi destinasi andalan untuk berbulan madu. Selama ini saya hanya melihat Maldives dari internet dan majalah, dan sempat terbesit ingin ke sana suatu hari nanti. Keinginan itu semakin menggebu ketika Anggey (@her_journey) memposting foto-foto dan videonya di instagram. Namun, akhirnya impian itu terwujud berkat LINE Indonesia dan juga Club Med yang telah memilih dan mengapresiasi foto saya dengan tema #SerasaDiMaldives.
Dan serunya lagi, di sini saya boleh mengajak seorang partner, lalu terpilihlah Jetrani, karena dulu saya pernah dengar bahwa dia ingin bulan madu di Maldives, yah meskipun ini bukan bulan madu, paling nggak saya coba bantu dulu mewujudkan salah satu impiannya untuk menginjak tanah Maldives.
Hari keberangkatan pun tiba. Jadwal penerbangan yang tertera di tiket adalah pukul 14.10 WIB. Saat itu jam tangan saya menunjukkan pukul 12.00 dan masih berada di dalam angkot Parung-Lebak Bulus yang terjebak dalam kemacetan. Tidak biasanya di jalan ini macet panjang seperti ini. Rasa panik yang luar biasa kami alami karena gak mau impian di depan mata sirna begitu aja. Awalnya saya berencana setelah naik angkot lanjut naik Damri ke bandara, namun beruntung ada seorang ibu baik hati di dalam angkot yang menyarankan kami untuk turun di Halte Pasar Jumat lalu menaiki Grab Car. Ibu itu ternyata cukup berpengalaman, maka dari itu beliau menenangkan dan meyakinkan kami soal estimasi waktu yang harus kita kejar saat itu.
Mobil yang ditunggu pun datang tak lama setelah kami turun angkot. Dengan berbekal GPS dan penuh keyakinan, sang pengemudi memacu mobilnya dengan cepat, melibas beberapa mobil di jalan tol, namun tetap dengan hati-hati tentunya. Berbagai doa dan harapan selalu saya panjatkan di dalam mobil agar selamat dan tidak terlambat sampai bandara. Akhirnya tepat pukul 13.00 kami bisa tenang sampai bandara Soekarno-Hatta melalui pintu Terminal 2 lalu segera check in di dalam. Sebenernya, saat itu saya dalam kondisi tidak fit, karena agak flu dan batuk. Tapi semangat berlibur ke Maldives mengalahkan penyakit itu.
Pada pukul 16.55 kami sampai di bandara Changi - Singapore untuk transit. Saya cukup senang sudah bisa sampai di sini, dan Jetrani menertawai ketika tahu bahwa ini adalah kali pertama saya pergi ke luar negeri :(
Perjalanan dari Singapore ke Male ibukota Maldives ditempuh selama 4 jam, dan kami tiba di sana pada pukul 22.10. Saat menuju pintu keluar, sudah banyak orang lokal yang membawa papan yang berisi tulisan. Akhirnya saya menemui seseorang penjemput yang bertuliskan Club Med Kani, resort tempat kita tinggal nanti. Sambil menunggu rombongan lain, Jetrani menunggu di ruang tunggu bandara, sementara itu saya mencari kios yang menjual Local Sim Card untuk akses internet selama di negara ini. Saat beli, saya sangat kaget karena harganya mahal sekali, yaitu US$11 2 Gigabyte. Akhirnya dengan terpaksa saya beli 2.
Saat menuju ruang tunggu, saya lihat Jetrani mengobrol dengan orang lain di belakang tempat duduknya, dan ternyata dia ngobrol dengan beberapa orang Indonesia. Awalnya saya pikir mereka adalah turis juga, namun ternyata mereka adalah karyawan SPA yang bekerja di Kani. Jadi semua terapis SPA di Club Med Kani adalah orang Indonesia yang diimpor dari Bali. Oh may gosh, ternyata dunia ini sempit yahh.
Saat saya mencoba mengaktifkan Sim Card lokal, ternyata tidak berfungsi, padahal sudah beberapa kali disetting dan direstart namun sama saja. Tapi, kata mbak-mbak Bali, di sepanjang pulaunya ternyata ada wifi nya, jadi saya rugi banget beli Sim Card mahal tapi gak bisa dipakai.
Setelah dari bandara, akhirnya kami dijemput dan melanjutkan perjalanan ke Pulau Kani menggunakan speedboat yang ditempuh selama 40 menit. Speedboat nya ini adalah milik Club Med, jadi prosedur keselamatannya sangat diperhatikan sekali. Maldives terdiri dari beberapa pulau kecil yang dimiliki oleh resort, jadi tidak bisa sembarangan orang masuk ke pulau-pulau tersebut, ada biayanya yang tidak murah. Namun ada juga pulau yang dihuni masyarakat lokal yang harganya tentu lebih terjangkau.
Saat sampai di Kani, kami sudah disambut oleh beberapa karyawannya. Ada salah satunya mbak-mbak, saat kami turun dari speedboat langsung dia bertanya "Indonesia yah ?". Sontak saja kami kaget, karena ternyata salah satu resepsionisnya adalah orang Indonesia. Jadi, malam itu kami dipandu dengan ramah oleh mbak Lani, dan dia siap membantu jika diperlukan.
Alhamdulilah, akhirnya kesampaian juga menginjakkan kaki ke Maldives, meskipun malam itu gelap, tapi tampaknya aroma keindahan sudah menyambut kami saat berada di pulau ini. Terlebih lagi di pulau ini juga dipakai untuk lokasi syuting film Trinity The Nekad Traveler.
Aaaarrgghhh......Gak sabar menunggu esok pagi untuk memulai petualangan di pulau yang eksotis ini.
Rajinnya udah nulis aja kak. Aku masih terkapar tak berdaya. Boro2 nulis blog, bales wasap aja males
ReplyDeleteHaduhh....kasian, semoga cepet sembuh yahh biar bisa nulis blog trus piknik bareng lagi.
ReplyDeletesama mbak. impian saya dari dulu. Saya orang Bali juga. ternyata disana banyak orang indonesia yang bekerja disana ya. wah keren kayaknya
ReplyDeleteIya, seru banget di sana bisa kerja rasa liburan.
ReplyDelete