Tebing Koja, Tempat Bersemayamnya Godzilla di Kabupaten Tangerang


Kabupaten Tangerang merupakan wilayah industri yang terdapat banyak pabrik. Setiap melewati jalan raya Serang ini, rasanya saya ingin cepat-cepat sampai tujuan karena tak tahan dengan panasnya matahari, debu, deru, dan asap kendaraan besar yang lalu-lalang di sini.

Semenjak pindah ke Jakarta, setidaknya satu bulan sekali saya melewati jalan ini untuk pulang ke Cilegon naik sepeda motor dan sama sekali tak tertarik mengeksplor wilayahnya. Siang itu kebetulan jadwalnya pulang ke Cilegon bersama istri. Dia bersikukuh untuk mampir dulu untuk mengunjungi Kandang Godzilla.

Ok, baiklah…demi istri tercinta.

Jakarta memang keras, tapi lebih keras lagi Kab. Tangerang, karena mempunyai “Kandang Godzilla” atau biasa disebut juga Tebing Koja. Ini bukan Godzilla beneran lho yaa, tapi merupakan tempat wisata alam yang suasananya mirip dengan habitat Godzilla. 

Untuk menuju ke sana, saya naik motor dari Pamulang (Tangerang Selatan) menuju Jalan Raya Serang, yang ditempuh sekitar 1,5 - 2 jam perjalanan. Jika dari arah timur, setelah Balaraja nantinya akan menjumpai pertigaan Cisoka, dari jalan raya sudah terlihat jelas kok tulisan petunjuknya. Setelah itu belok kiri ikuti terus Jl. Raya Cisoka ke arah selatan. Untuk lebih meyakinkan bukalah Google Map dengan mengetik Koja Cliff Park, nanti akan diarahkan.

Obyek wisata ini dahulu merupakan lahan tambang pasir. Karena sudah tidak terpakai dan hanya menyisakan bekas galian, lama-kelamaan bentuknya terlihat artistik dan bagus untuk difoto. Akhirnya oleh warga sekitar dijadikanlah tempat wisata. Yaa mirip-mirip dengan bukit kapur Arosbaya di Madura dan Brown Canyon di Semarang.

Lokasi Tebing Koja memang tidak terlalu jauh dari Danau Cisoka, jadi jika berminat bisa mampir sekalian. Akses jalannya pun sudah dicor, namun mendekati lokasi jalan akan menyempit dan berbatu-batu. Waktu itu sesaat akan sampai lokasi, kami dihadang oleh dua orang warga setempat dan meminta retribusi Rp 3.000 untuk kas desa. 

"Ok lahh, kalo untuk kas desa nggak masalah, ada bukti pembayarannya juga". 


Tak jauh dari situ ambil jalan yang menurun menuju pintu masuknya. Saya pikir retribusi tadi sudah termasuk tiketnya, ternyata berbeda. Ketika sampai sini saya kembali ditarik tiket masuknya sebesar Rp 5.000 per orang, ditambah parkir motor Rp 5.000. Memang kurang efektif sih, karena sedikit-sedikit ada penarikan, seharusnya dijadikan satu pintu sekali bayar agar jelas.

Seorang warga sekitar tiba-tiba menawarkan diri menemani kami dan menunjukkan spot yang biasa digunakan untuk foto. Dia menceritakan bahwa lahan Tebing Koja ini merupakan milik pribadi dan ternyata ada 2 kubu yang mengelolanya. Sebenarnya pernah ada rencana untuk menggabungkannya, namun itu tak kunjung terealisasikan karena perbedaan pendapat. Akhirnya diputuskan tetap ada dua pembagian wilayah dengan pintu masuk yang berbeda.

Katanya batu yang depan itu mirip Godzilla.

Tempat yang saya masuki ini Tebing Koja 1, di spot inilah yang terdapat batu yang konon (jangan dibalik) berbentuk Godzilla. Namun jika ingin mengeksplorasi bagian bawahnya yang berupa padang rumput itu akan dikenai biaya lagi, karena itu sudah beda wilayah. Menurut saya sih, tempat yang terbaik berada di Tebing Koja 1, karena minim gangguan visual. Sedangkan di Tebing Koja 2 yang letaknya berseberangan, terdapat banyak spot foto buatan manusia seperti tulisan bentuk love, hiasan-hiasan, bahkan warung, yang menurut saya malah merusak estetika dari tempat tersebut.

Waktu yang terbaik untuk mengunjungi tempat ini adalah pagi dan sore hari hingga menjelang magrib, karena selain tidak terlalu panas juga foto yang dihasilkan akan lebih bagus lagi. Menurut penuturan warga, saat menjelang matahari terbit terdapat kabut tipis dan embun di bulir-bulir padi yang membuat dramatis. Maka dari itu, tempat ini juga kerap digunakan untuk foto pre-wedding, conceptual, maupun produksi film. 
 


Nilai tambahnya adalah pada bagian bawahnya terdapat genangan air seperti sungai di tengah tebing. Kita bisa menyusurinya menaiki perahu dengan membayar Rp 10.000 per orang. Bagi yang ingin foto, harap berhati-hati karena tebingnya sangat tinggi dan genangan airnya cukup dalam. Begitu juga yang ingin memotret harus memperhatikan posisinya sudah aman atau belum.

Sebenernya masih banyak spot yang harus dieksplorasi, tapi karena hari itu masih siang dan matahari di sini seolah-olah ada banyak, maka saya memutuskan untuk menyudahi pencarian Godzilla kali ini. Siang itu biarlah para domba melakukan tugasnya membasmi rerumputan.


Kehadiran Tebing Koja alias Kandang Godzilla di desa ini cukup membantu perekonomian warga sekitar. Angkutan umum, ojek, maupun warung tradisional pun turut kecipratan rejeki dari pengunjung yang datang. Meskipun begitu, seharusnya para pengelola dan warga sekitar bisa memperbaiki sistem tiket yang jelas agar pengunjung nyaman, dan juga mengurangi hal-hal yang mengganggu estetika alami.

No comments:

Post a Comment