Gathering Cozmeed #Travel2Wonderful
Cuaca mendung mulai menutupi Yogyakarta pagi itu. Jetrani datang tak lama setelah saya melakukan ritual pagi di toilet Stasiun Lempuyangan. Setelah itu saya mampir terlebih dahulu ke rumahnya untuk numpang mandi dan packing ulang barang bawaan. Rencananya sih kami mau ultralight dengan membawa barang seringan dan seefisien mungkin. Tapi hal itu jadi sirna, karena banyak barang yang harus dibawa akhirnya dengan terpaksa kami harus menggunakan 2 tas carrier. Sepanjang perjalanan kami sempat berhenti beberapa kali untuk menambal ban, sholat, makan siang, dan juga foto-foto. Maklumlah, yang saya bawa ini adalah mbak-mbak selebgram, jadi harus update setiap saat.
Agar lebih cepat, kami memutuskan ke Dieng lewat Borobudur melalui jalan yang banyak enggok-enggokan (lupa namanya :p) dan tembusnya di Pasar Sapuran. Saat sampai di Wonosobo saya sempatkan makan Mie Ongklok, saya cukup suka dengan mie ini tapi tidak dengan Jet. Dia mungkin agak jijik karena kuahnya sangat kental seperti ingus.
Sebenernya, tujuan kami hari itu adalah ke Telaga Warna untuk naik ke atas bukit yang ada Ratapan Batu Angin, tapi sayang sekali saat itu hujan dan kami sampai Dieng terlalu sore. Maka dari itu perjalanan kami lanjutkan menuju TKP gathering yaitu Tlogo Dringo. Setelah sampai di desa terakhir, kami titipkan motor ke rumah warga, karena motor matic cukup berbahaya bila digunakan di jalur yang sangat menanjak dan berbatu licin. Untuk menuju venue dari desa terakhir bisa ditempuh sekitar 1 jam dengan jalan kaki.
Saat sampai di lokasi, saya cukup dibuat tercengang karena settingnya sangat bagus, mulai dari gapura, panggung, dan lokasi camp-nya yang berada di atas bukit mengarah ke Tlogo Dringo yang berada di bawahnya. Gathering Cozmeed kali ini lebih keren dari tahun sebelumnya, dan lokasinya pun sangat bagus.
Acara malam itu diisi oleh stand up comedian yang merangkap sebagai MC. Guyonan saru ala Jawa sering dilontarkan orang tersebut untuk memicu tawa para hadirin. Bangku yang terbuat dari papan dengan diganjal krat minuman bersoda pun sudah penuh terisi para peserta yang duduk rapi di depan panggung. Sambil menonton, mereka sambil memanggang sosis dan kentang di atas perapian. Suasana yang syahdu yang udah lama saya inginkan.
Gathering Cozmeed ini merupakan acara penutup dari rangkaian event pendakian #EatSleepHike tiap tahunnya, dan ini adalah yang kedua diadakan setelah tahun lalu di Tawangmangu. Peserta yang datang kebanyakan adalah "alumni" atau orang-orang yang pernah mengikuti event ESH sebelumnya, jadi saat ketemu sudah tampak akrab sekali meskipun berasal dari berbagai daerah yang berbeda.
29 Oktober 2016.
Aktivitas hari ke-2 dimulai dengan senam berjamaah. Kali ini senam yang agak absurd itu dipimpin oleh Risa Kribo. Tapi ini bukannya jadi sehat tapi pada ngakak semua gara-gara gerakannya gak sinkron dengan musiknya. Setelah senam, kegiatan dilanjutkan dengan workshop fotografi traveling oleh Wira Nurmansyah dan travel writing oleh @effenerr
Untuk memanfaatkan waktu jeda, saya dan Jetrani mencoba eksplorasi ke bawah dekat telaga, maksudnya sih untuk santai di hammock. Ketika sampai di telaga hujan mulai turun, dan kami tidak sengaja bertemu dengan ibu-ibu pedagang makanan. Dari kejauhan kelihatannya dia sedang kesulitan berjalan. Setelah kami dekati ternyata dia disorientasi medan, karena penglihatannya terganggu (Low vision). Akhirnya kami coba evakuasi ke tempat camp untuk berteduh dari hujan.
Malam puncak acara pun tiba, acara diisi dengan sharing pengalaman bersama Yudha @catatanbackpacker dan Harival Zayuka. Malam itu tampak meriah sekali karena ditutup dengan hiburan musik dan juga penampilan dari Rizi bocah gimbal Dieng yang sangat ikonik.
30 Oktober 2016
Pagi itu saya bangun agak kesiangan, jadi kecewa gak bisa motret sunrise. Untuk mengobati kekecewaan itu saya dan Jet mencoba eksplorasi kembali ke sekitar telaga, karena hari sebelumnya gagal dikarenakan hujan. Saat sampai telaga kami penasaran dengan bangunan di puncak bukit seberang sana, maka dari itu kami menelusurinya melewati tepi telaga dan menanjak ke punggungannya. Dari punggungan itu lalu memasuki lorong hutan bambu dan tembusnya di ladang penduduk. Ternyata bangunan tersebut adalah makam, dan orang-orang sekitar menyebutnya Bukit Jiwan. Pemandangan dari sini sangat bagus sekali, terlihat hamparan ladang membentang dan di depan terdapat perbukitan.
Setelah puas mengeksplorasi, kami kembali ke tempat camp untuk melakukan penanaman bibit pohon. Kemudian acara Gathering Cozmeed ditutup dengan persembahan tarian tradisional oleh warga sekitar.
Terima kasih kepada Cozmeed, seluruh peserta gathering, panitia pelaksana Dieng, pengisi acara, tim keamanan, dan warga sekitar yang ramah yang telah mensukseskan acara ini. Sampai jumpa di Gathering Cozmeed tahun depan.
Selamat Bertualang.
Agar lebih cepat, kami memutuskan ke Dieng lewat Borobudur melalui jalan yang banyak enggok-enggokan (lupa namanya :p) dan tembusnya di Pasar Sapuran. Saat sampai di Wonosobo saya sempatkan makan Mie Ongklok, saya cukup suka dengan mie ini tapi tidak dengan Jet. Dia mungkin agak jijik karena kuahnya sangat kental seperti ingus.
Sebenernya, tujuan kami hari itu adalah ke Telaga Warna untuk naik ke atas bukit yang ada Ratapan Batu Angin, tapi sayang sekali saat itu hujan dan kami sampai Dieng terlalu sore. Maka dari itu perjalanan kami lanjutkan menuju TKP gathering yaitu Tlogo Dringo. Setelah sampai di desa terakhir, kami titipkan motor ke rumah warga, karena motor matic cukup berbahaya bila digunakan di jalur yang sangat menanjak dan berbatu licin. Untuk menuju venue dari desa terakhir bisa ditempuh sekitar 1 jam dengan jalan kaki.
Saat sampai di lokasi, saya cukup dibuat tercengang karena settingnya sangat bagus, mulai dari gapura, panggung, dan lokasi camp-nya yang berada di atas bukit mengarah ke Tlogo Dringo yang berada di bawahnya. Gathering Cozmeed kali ini lebih keren dari tahun sebelumnya, dan lokasinya pun sangat bagus.
Acara malam itu diisi oleh stand up comedian yang merangkap sebagai MC. Guyonan saru ala Jawa sering dilontarkan orang tersebut untuk memicu tawa para hadirin. Bangku yang terbuat dari papan dengan diganjal krat minuman bersoda pun sudah penuh terisi para peserta yang duduk rapi di depan panggung. Sambil menonton, mereka sambil memanggang sosis dan kentang di atas perapian. Suasana yang syahdu yang udah lama saya inginkan.
Gathering Cozmeed ini merupakan acara penutup dari rangkaian event pendakian #EatSleepHike tiap tahunnya, dan ini adalah yang kedua diadakan setelah tahun lalu di Tawangmangu. Peserta yang datang kebanyakan adalah "alumni" atau orang-orang yang pernah mengikuti event ESH sebelumnya, jadi saat ketemu sudah tampak akrab sekali meskipun berasal dari berbagai daerah yang berbeda.
29 Oktober 2016.
Aktivitas hari ke-2 dimulai dengan senam berjamaah. Kali ini senam yang agak absurd itu dipimpin oleh Risa Kribo. Tapi ini bukannya jadi sehat tapi pada ngakak semua gara-gara gerakannya gak sinkron dengan musiknya. Setelah senam, kegiatan dilanjutkan dengan workshop fotografi traveling oleh Wira Nurmansyah dan travel writing oleh @effenerr
Untuk memanfaatkan waktu jeda, saya dan Jetrani mencoba eksplorasi ke bawah dekat telaga, maksudnya sih untuk santai di hammock. Ketika sampai di telaga hujan mulai turun, dan kami tidak sengaja bertemu dengan ibu-ibu pedagang makanan. Dari kejauhan kelihatannya dia sedang kesulitan berjalan. Setelah kami dekati ternyata dia disorientasi medan, karena penglihatannya terganggu (Low vision). Akhirnya kami coba evakuasi ke tempat camp untuk berteduh dari hujan.
Malam puncak acara pun tiba, acara diisi dengan sharing pengalaman bersama Yudha @catatanbackpacker dan Harival Zayuka. Malam itu tampak meriah sekali karena ditutup dengan hiburan musik dan juga penampilan dari Rizi bocah gimbal Dieng yang sangat ikonik.
30 Oktober 2016
Pagi itu saya bangun agak kesiangan, jadi kecewa gak bisa motret sunrise. Untuk mengobati kekecewaan itu saya dan Jet mencoba eksplorasi kembali ke sekitar telaga, karena hari sebelumnya gagal dikarenakan hujan. Saat sampai telaga kami penasaran dengan bangunan di puncak bukit seberang sana, maka dari itu kami menelusurinya melewati tepi telaga dan menanjak ke punggungannya. Dari punggungan itu lalu memasuki lorong hutan bambu dan tembusnya di ladang penduduk. Ternyata bangunan tersebut adalah makam, dan orang-orang sekitar menyebutnya Bukit Jiwan. Pemandangan dari sini sangat bagus sekali, terlihat hamparan ladang membentang dan di depan terdapat perbukitan.
Setelah puas mengeksplorasi, kami kembali ke tempat camp untuk melakukan penanaman bibit pohon. Kemudian acara Gathering Cozmeed ditutup dengan persembahan tarian tradisional oleh warga sekitar.
Terima kasih kepada Cozmeed, seluruh peserta gathering, panitia pelaksana Dieng, pengisi acara, tim keamanan, dan warga sekitar yang ramah yang telah mensukseskan acara ini. Sampai jumpa di Gathering Cozmeed tahun depan.
Selamat Bertualang.
[…] saya dan Jetrani berencana pergi ke sana. Kala itu kami sedang di motor saat perjalanan pulang dari Gathering Cozmeed di Dieng. Akhirnya saya dapet temen senasib yang belum pernah ke […]
ReplyDelete