Sebuah gundukan berwarna putih agak kecoklatan menjadi pusat perhatian mata saya ketika melangkahkan kaki melewati lorong pepohonan di Nami Island Korea Selatan. Awalnya saya pikir itu adalah garam, namun setelah didekati ternyata adalah sisa-sisa salju musim dingin. Saya beruntung saat datang di musim semi masih menemukan salju. Bagi orang yang tinggal di negara tropis pasti akan senang sekali bisa merasakan dinginnya salju. 


Tak lama kemudian datang beberapa turis Indonesia lainnya ke gundukan salju ini untuk bermain membuat bola-bola salju untuk dilemparkan ke temannya. Karena penasaran sekali, saya mencoba menggenggam salju itu, ternyata rasanya sama seperti es serut, namun jumlahnya saja lebih banyak. Seandainya ditambah sirup pasti akan lebih enak, pikir saya.  


Meskipun sudah musim semi, namun udara di sini masih cukup dingin, sekitar 18 derajat Celcius saat siang menjelang sore. Angin yang sesekali berhembus menambah dingin kala itu dan sempat juga terjadi hujan salju tipis saat di perjalanan. Daun-daun pepohonan dan bunga belum seutuhnya bermekaran, karena akhir Maret ini merupakan masa peralihan musim.


Perjalanan selanjutnya adalah ke Mount Seorak menggunakan Cable Car, salju di gunung ini jumlahnya lebih banyak karena memang letaknya di ketinggian jadi udaranya lebih dingin. Warnanya pun lebih putih daripada salju di Nami Island karena di Mount Seorak medannya berupa batuan bukan berupa tanah. Saat berada di cable car saya berbarengan dengan ibu-ibu sosialita, beberapa dari mereka teriak kegirangan ketika mengetahui di puncaknya terdapat banyak salju.

"Wihhh.....SALJU, saljuuu.....ada saljunya" kata mereka.

Dalam hati saya berkata,

"Hihh, dasar ndeso....ndeso,....so...sooooo".

Padahal sebenernya saya juga girang sekali pertama kali ke gunung bersalju dan pengen lompat-lompat. Tapi saya harus tetap tenang dan menjaga image supaya tidak dibilang "Ihh geuleuh" sama orang-orang Korea yang ada di cable car :D


Saya takjub melihat keindahan gunungnya yang beberapa bagiannya masih ditutupi putihnya salju yang berserakan hingga ke lerengnya. Hal itu mengingatkan saya pada gunung-gunung di Indonesia, namun bedanya yang berserakan di Indonesia adalah warna-warni sampah, sungguh miris sekali.

Sebenarnya untuk merasakan dinginnya salju tidak perlu ke luar negeri, tapi bisa juga ke puncak Pegunungan Jayawijaya di Papua, namun untuk menuju ke sana membutuhkan latihan khusus dan biaya yang tidak sedikit. 


Ada keinginan terbesar saya saat ingin sekali merasakan salju pertama kali yaitu ingin menyentuh salju tropis Papua, karena tiap tahun wilayah yang tertutupi salju semakin berkurang karena pemanasan global. Meskipun begitu saya sangat bersyukur sekali bisa diberi kesempatan merasakan salju pertama kali di tanah Korea. Akhirnya rasa penasaran saya terhadap salju selama ini terjawab sudah di tahun 2017 ini.


Taman Impian Jaya Ancol tidak hanya terdapat Dunia Fantasi saja, tetapi ada juga Ocean Dream Samudra, Atlantis, dan juga SeaWorld. Rasanya tidak cukup hanya satu hari untuk mengeksplor semua tempat itu.

Tapi setidaknya membutuhkan waktu tiga hari agar lebih puas dan maksimal menikmatinya. Untuk mendukung segala aktivitas tersebut kita bisa menginap di Putri Duyung Cottage yang masih berada di kawasan Ancol.


Sebuah patung putri duyung besar berwarna putih menyambut kedatangan saya saat itu. Payudadanya yang besar dengan puting yang terlihat jelas, membuat mata saya autofokus ke area tersebut. Saya belum sempat bertanya kenapa si putri tidak mengenakan bra. Untung saja patung ini tidak berada di tengah kota, karena bisa-bisa nasibnya seperti patung kaki raksasa di Yogyakarta yang dipaksa pindah oleh komunitas orang seperti itu karena dianggap pornografi.


Hari itu saya berkesempatan mengeksplorasi Ancol dan menginap di Putri Duyung Cottage bersama tim Detik Travel.

Kenapa harus menginap di sini? Karena Putri Duyung Cottage merupakan satu-satunya hotel resor pantai yang eksotis di Jakarta. Lokasinya pun strategis, hanya berjarak sekitar 20 km saja dari Bandara Soekarno Hatta, jadi memudahkan sekali bagi yang berasal dari luar Jakarta.



Ada banyak fasilitas tambahan yang ditawarkan jika menginap di sini, yaitu masuk gratis kawasan Ancol, lalu saat weekend para tamu akan mendapatkan harga spesial masuk ke Dufan. Dengan memiliki wilayah yang cukup luas, di sini kita bisa lari pagi mengelilingi kompleks cottage sambil melewati danau yang indah, ataupun menggunakan sepeda, dan semuanya gratis.

Setelah berolahraga pagi, cobalah untuk berenang di kolam renang yang letaknya di tepi pantai. Kolam renang ini memiliki bentuk yang unik yaitu menyerupai kapal laut, jadi sangat cocok sekali untuk berenang bersama keluarga sambil bermain ala bajak laut.


Bangunan dengan desain arsitektur ala tahun 90an membuat saya bernostalgia saat jaman keemasan jaman dahulu, karena sering kali lokasi ini dipakai untuk keperluan syuting film.

Cottage yang tersedia memiliki beragam tipe dan bentuknya. Nama-namanya pun menggunakan nama hewan laut yang unik, seperti Paus, Marlin, Hiu, Kakap, Ubur-ubur, dan lain-lain. Hal itu digunakan untuk memudahkan pengunjung untuk mengingatnya dan juga untuk lebih mengenal dunia kelautan.



Tiap cottage kapasitasnya berbeda-beda, mulai dari 4 orang hingga 7 orang, tergantung tipenya. Tapi yang pasti semuanya nyaman dan bikin betah, karena terasa seperti rumah sendiri. Satu hal lagi yang asyik ketika menginap di sini, yaitu pelayanannya 24 jam.

Jadi ketika para peserta acara Piknik detikTravel di Ancol ingin keluar kamar menuju lobby, agak kesulitan, karena saat malam itu hujan deras, sementara jarak dari kamar menuju lobby lumayan jauh jika berjalan kaki.

Tak habis akal, kami langsung saja menelpon resepsionis untuk meminta dijemput menuju lobby menggunakan mobil. Tanpa menunggu lama, mobil jemputan langsung datang dan membawa kami ke tempat tujuan. 




*Saat saya pergi ke pinggir pantai, saya melihat sesuatu yang menyangkut di bebatuan, setelah saya dekati ternyata itu adalah sebuah bra tanpa isinya. Berdasarkan pengamatan itu saya jadi yakin kalau patung putri duyung tadi saat malam berenang di laut, dan ketika siang berubah menjadi batu. Jadi sepertinya malam itu si putri kesiangan untuk balik ke cottage, makanya tidak sempat memakai bra :D