Mengejar Sunrise di Setumbu



Malam itu, Jum’at 27 Desember 2013 sekitar pukul 21.30 waktu lagi liat pameran foto di Bentara Budaya, aku menerima sms dari seorang wanita beralis tebal, kita sebut saja Omesh. Dia mengajakku sama temen-temennya yang berasal dari Bogor untuk melihat sunrise di bukit Punthuk Setumbu, Magelang. Langsung saja aku setuju sama ajakannya, soalnya aku memang belum pernah ke tempat tersebut.

( Sebenernya ada cerita menarik mulai dari aku yang kayak survivor gara-gara nunggu Omesh bangun di depan kostnya, nge-drop in “jablay” di Indomaret, si Datar dan Samsul yang sok tau jalan, motretin simbah2 nakal, sampai nyasar yang seharusnya ke Borobudur eh malah ke arah jalur Wonosobo. Tapi itu di skip aja, soalnya kepanjangan, mamangnya mau tidur, prepare buat tahun baruan, aaoouuu… :p )

Singkat cerita kita udah di depan Borobudur, dari situ kita jalan terus lewat depan Hotel Manohara, trus ada pertigaan kecil belok ke kanan. Mulai dari Borobudur sampai daerah ini banyak banget yang nawarin jasa nganter ke Setumbu, mereka mematok tarif Rp 30.000, mungkin ini alasannya kurangnya sign system menuju tempat tersebut. Bagi yang berjiwa petualang pasti akan mengabaikan tawaran tersebut dan memilih menggunakan instingnya untuk menemukan di manaaa…di mana, di manaaa….Punthuk Setumbu.

Yang perlu diingat, Punthuk Setumbu berada di Desa Karangrejo, jika kalian menuju arah Karangtaruna atau Karangpandan, berarti anda Nyasar ! Pokoknya jangan malu bertanya kepada penduduk sekitar, tapi yang sopan. Untuk menuju bukit tersebut lebih enak menggunakan motor, karena jalan di desa tersebut sempit dan menanjak.

Ketika kami sampai TKP, waktu udah menunjukkan pukul 05.30, waktu yang telat banget untuk bisa melihat matahari terbit. Sebelum masuk, kita harus membayar tiketnya terlebih dahulu sebesar Rp 15.000/org. Harga yang sangat mahal sekali menurutku, karena naik gunung aja biayanya gak sebesar itu.

Dari loket kita akan melewati jalan setapak yang menanjak, jaraknya sekitar 200 meter. Ketika di puncak bukit, mata akan disuguhi pemandangan yang sangat indah, terlihat dengan mesranya Gunung Merbabu yang berdampingan dengan Merapi yang sedang mengeluarkan asapnya. Dari kejauhan terlihat siluet candi Borobudur yang masih berselimut kabut, seperti yang biasa terpampang di foto-foto para fotografer landscape. Memang, tempat ini merupakan spot favorit para fotografer untuk memotret sunrise dengan background Merbabu dan Merapi, serta candi Borobudur sebagai pemanisnya.

Sayangnya hari itu aku sangat kurang persiapannya, karena ajakannya sangat mendadak, sehingga belum sempat men-charge baterai kamera. Mungkin lain waktu aku pasti akan ke sini lagi dengan persiapan yang matang dan kondisi cuaca yang sangat bagus, karena menurut petugas di tempat tersebut, waktu-waktu yang tepat untuk memotret sunrise ketika musim panas antara Juli - Oktober.

Sampai jumpa di “Mengejar Sunrise part II”…

5 comments: